Bismillah hirrohmanirrohim
Assalamualaikum
wr.wb
Perkenankan kami menceritakan Riwayat Anak kami; Biyan Lituhayu Bellvania
Pada umur kehamilan
24 minggu, saya mengalami sesak nafas, dan tensi yang tinggi (hipertensi).
Hasil lab menunjukkan kebocoran protein dalam darah. Dokter menyarankan untuk
infus albumin sebanyak 2 botol. Minggu berikutnya sesak nafas makin menjadi,
sampai akhirnya dibawa ke IGD. Setelah diobeservasi selama 4 hari, saya positif
mengalami Preeklamsia Berat (PEB) yang mengharuskan melahirkan janin dalam
perut tanpa melihat apakah bayi tersebut prematur atau tidak untuk
menyelamatkan nyawa ibunya. Hari keempat, ginjal saya sudah mengalami kerusakan
dan mengeluarkan darah pada kateter urinnya. Sesak nafasnya pun tidak mereda.
Jantung pun juga terlihat tidak normal saat di usg oleh dokter anasthesi. Maka
Bayi harus dikeluarkan saat itu juga. Sampai sekarangpun saya pun harus
menjalani terapi dengan dokter kandungan (Abogyn) demi memperbaiki sistem yang
rusak dalam tubuh.
Biyan Lituhayu Bellvania, perempuan, lahir
pada hari Selasa tanggal 27 November 2012 pada usia kehamilan 24 minggu dengan
Berat Lahir hanya 640 gram dan Panjang Lahir 23 cm (kurang lebih sebesar botol
a*ua), dan langsung dilarikan ke NICU.
Pada hari pertama kehidupannya berat
Biyan turun menjadi hanya 400 gram saja. Biyan mengalami BPD (Bronchopulmonary
Displasia) atau Penyakit Paru Kronis. Oleh karena itu paru Biyan harus
disupport oleh CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) selama kurang lebih 2
minggu. Biyan juga ada permasalahan jantung yang disebut ASD (Atrium Septal
Defect) atau kebocoran yang terjadi pada atrium jantung bagian kanan dengan
kiri. Biyan harus menjalani perawatan di NICU selama kurang dari 4 bulan dengan
sering mengalami Apnea (lupa nafas) dan Bradycardia (detak jantung turun
drastis). Biyan pulang ke rumah dengan berat badan 2100 gram dan pernafasan
yang sudah baik (bisa bernafas tanpa alat).
Setelah 3 minggu Biyan ada di rumah, pada
tanggal 4 April 2013 mendadak kondisinya seharian tidak seperti biasanya.
Nafasnya berat seperti sesak, warna kulit agak pucat, dan tidak aktif. Pada
sore hari Biyan kembali mengalami apnea dan bradycardia selama kurang lebih 3
menit, syukurlah Biyan terbangun dan kembali bernafas. Biyan langsung dilarikan
NICU. Setelah melihat ronsen paru, Biyan dinyatakan terkena infeksi,
kemungkinan berupa virus pada saat berada di rumah. Kondisinya pun menurun dan
harus kembali memakai CPAP. Setelah dilakukan echo/usg pada jantung, ternyata
Biyan terkena apa yang disebut PPHN (Persistent Pulmonary Hypertensionof
Newborn) atau penyempitan arteri pembuluh darah yang membawa darah bersih dari
jantung ke paru pada bayi prematur. PPHN menyebabkan supply oksigen ke paru
menjadi terbatas, dan memperparah BPD yang sebelumnya sudah ada. Selain obat2an
yang diberikan, Biyan rutin di fisioteraphy oleh dokter.
Karena Biyan rentan alergi, selama ini dokter
memberikan susu hypoallergenic asam amino selain ASI (karena ASI saya tidak
mencukupi). Jadi saya belum boleh memberikan ASI pada Biyan secara langsung,
karena Biyan masih minum dengan sonde/selang. Tapi setelah 6 bulan
kelahirannya, saya tidak pernah absen untuk terus pompa ASI. Tapi tingkat
stress yang tinggi dan tidak mendapatkannya stimulasi dr bayi sekali perah saya
hanya dapat 20cc, maksimal 40cc. Dan sehari setelah menggabung2kan hasil perah,
hanya dapat 120cc, sampai PD saya lebam-lebam karena saya memerah ASI dengan
marmet, karena kl memakai pompa manual atau elektrik, ASI tidak muncul.
Setelah kurang lebih 4 bulan, Biyan keluar
dari NICU pada tanggal 3 Agustus 2013 dan pulang dengan masih memakai oksigen.
Keadaan pernafasan setelah terkena infeksi Biyan lebih buruk daripada
sebelumnya karena sekarang Biyan bernafas tergantung dengan oksigen. Di rumah
kami sudah menyediakan satu tabung oksigen ukuran besar, satu oksigen ukuran
kecil untuk dibawa pergi, satu unit oxymeter dan satu alat inhalasi semuanya
untuk kebutuhan perawatan Biyan. Hampir tiap minggu Biyan harus mengikuti
terapi untuk mengejar perkembangannya. Selain itu kami pun rutin membawa Biyan
konsultasi ke dokter anak spesialis Paru, spesialis Jantung, spesialis Mata,
spesialis Gizi, dan spesialis Hematologi (darah) selain kontrol ke dokter anak
Biyan yang sudah menangani dari bayi.
Pada tanggal 18 September Biyan kembali masuk
RS karena muntaber dan bisa pulang setelah 4 hari dirawat. Karena muntaber
berat badan Biyan turun drastis menjadi 4800 gram. Menurut dokter Gizi, dengan
umur koreksi Biyan yaitu 4 bulan, seharusnya berat badan ideal adalah kurang
lebih 7 kilo, Biyan harus kejar 2 kilo lagi. Sampai sekarang 1 November adalah
5,5 kilo yang berat badan idealnya adalah 8 kilo (umur koreksi 7 bulan).
Pada hari Rabu tanggal 30 Oktober 2013, Biyan
tidak mau makan. Semua makanan tidak ada yang tertelan, jadi Biyan hanya minum
susu. Dari hari Rabu itu pula nafas Biyan agak sesak, tapi karena saturasinya
masih bagus (diatas 85%) maka saya tidak khawatir dan menunda kontrol dengan
dokter yang sudah dijadwalkan pada hari Sabtu dengan dr Sp Jantung. Sampai hari
Sabtu Biyan tetap mogok makan, dan saat kami kontrol ke dokter, nafas Biyan
makin berat dan disarankan untuk rawat inap lagi. Tapi karena saya takut Biyan
trauma karena terlalu sering masuk rs dan biaya yang tidak sedikit, maka saya
minta pendapat dokter apakah boleh Biyan dibawa ke rumah saja. Dengan berbekal
obat dan wanti2 kalau andai kata lebih sesak dari sekarang, maka Biyan harus
segera dibawa ke rs.
Pada tanggal 2 November jam 10 malam
(bertepatan dengan ulangtahun ayah Biyan), sesampainya kami di rumah, setelah
sebelumnya istirahat di rumah eyang. Saturasi Biyan turun menjadi hanya 70% dan
tidak naik lagi. Kondisi Biyan masih ceria dan aktif, walau mungkin agak pucat.
Segera saya bawa balik unit gawat darurat rs Biyan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Saturasi Biyan saat itu sudah 60% dengan oksigen 4 liter (padahal biasanya
kurang dari 1 liter saturasi sudah bisa diatas 90%). Terpaksa Biyan harus inap
lagi di PICU (Pediatric Intensive Care Unit).
Perasaan saya sudah capek dan
stress harus mengulangi kejadian ini untuk ketiga kalinya. Biyan pun langsung
dipasangi CPAP, ambil darah dan ronsen paru ulang. Tangisan dan berontak Biyan
pasti sudah menunjukkan tingkat preventive akan trauma yang terdahulu. Hati
saya miris seperti merasakan kesakitan Biyan. Tekanan CPAP yang dipasang sangat
tinggi bahkan hampir maksimal, Biyan pun tetap gelisah yang membuat saturasinya
makin turun. Sampai pukul 3 pagi tanggal 3 November 2013 kami masih menunggu di
PICU dengan kondisi Biyan yang belum berubah, bahkan mungkin tambah parah
karena Biyan yang selalu berontak, padahal sudah diberikan obat penenang.
Akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan beristirahat di rumah.
Jam 7 pagi, tanpa bisa tidur, saya mendapat
telefon dari pihak rs yang mengatakan bahwa Biyan sudah tidak bisa lagi disupport
dengan CPAP dan meminta ijin kami untuk melakukan intubasi dan memasang
ventilator, seketika langit bagai runtuh, air mata sudah tidak bisa saya tahan
lagi. Sepengertian saya saat itu adalah Paru2 Biyan pastilah sudah collapse
sampai sampai harus bernafas dengan bantuan mesin. Saat itu konsisi Biyan 100%
pernafasan dengan mesin. Tanpa saya duga, kondisi Biyan sekarang adalah yang
terburuk dari saat dia lahir. Hampir seminggu Biyan di PICU dengan ventilator,
keadaannya sudah mulai stabil sampai pada hari Jumat tanggal 8 November 2013.
Jam 7 pagi tanggal 8 November, saya kembali
mendapat telefon dari pihak rumah sakit yang mengatakan kondisi Biyan memburuk
sejak dini hari. Saturasi tidak bisa naik ke saturasi ideal dan orang tua
diminta untuk segera datang. Pengalaman saya selama ini menghadapi banyak kasus
bayi di dalam NICU, dimana orangtua dipanggil saat anak dalam keadaan kritis
tidaklah bagus. Saya tahu saat itu Biyan kritis, yang pertama kali ada di
pikiran saya adalah, bagaimana saya bisa melanjutkan hidup tanpa Biyan.
Segeralah saya menuju rumah sakit, kemacetan jalan hari itu membuat saya tambah
panik. Di Cawang saya meminta turun dari taksi dan lari ke stasiun cawang
menuju stasiun cikini. Di tengah jalan saya kembali di telfon pihak rumah sakit
bahwa ventilator sudah tidak mampu mensupport paru Biyan dan meminta ijin untuk
menambahkan NO atau Nitrate Oxide kedalam ventilatornya. Tanpa pikir panjang
saya jawab, lakukan yang terbaik menurut dokter, saya dalam perjalanan.
Setelah pertolongan dengan menggunakan NO,
Biyan dapat deselamatkan dengan menjaga kestabilan kondisi Biyan, penurunan
kondisi Biyan disebabkan penumpukan lendir dalam parunya. Dan saat ini tindakan
fisioterapy tidak bisa dilakukan tanpa membuat saturasi Biyan menjadi turun.
Maka dokter memutuskan akan memulai fisioterapi saat kondisi Biyan lebih
stabil. Dokter memutuskan Biyan harus full sedated, atau dibius total untuk
menstabilkan kondisinya. Pada sore hari kondisi Biyan kembali mengalami
penurunan, dokter jaga saat itu memberitahu kondisi Biyan turun, wajahnya pucat
dan tanggannya dingin. Memberitahukan bahwa orang tua harus siap dengan kondisi
apapun nanti, dan banyak berdoa. Saat itu saya sudah pasrah, doa saya pada
Tuhan, tolong beri kami kesempatan untuk dapat merawat titipanMU, tetapi
apabila hanya kesengsaraan yang Biyan dapat, kami mohon berikan yang terbaik
menurutMU untuk kami semua.
Sekali lagi Biyan membuat keajaiban. Sampai
sekarang Biyan masih benafas. Kami harap kemampuan Biyan membuat keajaiban tidak
berhenti sampai disini.
kami mohon maaf apabila yang kami lakukan ini salah menurut teman-teman , karena mengekspose foto-foto Biyan Lituhayu Bellavina, namun bukan maksud kami untuk itu, kami sebagai orang tua hanya berusaha semampu kami dengan cara yang baik pula dan berdoa demi kesehatan anak kami Biyan Lituhayu Bellavina
kami mohon maaf apabila yang kami lakukan ini salah menurut teman-teman , karena mengekspose foto-foto Biyan Lituhayu Bellavina, namun bukan maksud kami untuk itu, kami sebagai orang tua hanya berusaha semampu kami dengan cara yang baik pula dan berdoa demi kesehatan anak kami Biyan Lituhayu Bellavina
Bila teman-teman saudara-saudari merasa hatinya terketuk dengan kondisi anak kami, kami sangat mengharapkan terutama doa dan bantuan dari
teman-teman untuk kesembuhan anak kami.
Bila teman-teman, saudara-saudari hendak memberikan bantuan dalam bentuk obat-obatan maupun materi silahkan transfer ke rekening berikut :
Bank: BCA cabang Galaxy Bekasi Selatan
Bila teman-teman, saudara-saudari hendak memberikan bantuan dalam bentuk obat-obatan maupun materi silahkan transfer ke rekening berikut :
Bank: BCA cabang Galaxy Bekasi Selatan
Penerima:
No Rek. : 5770 409341
a/n Thea nirta Kumala
Tlp : 08128844 1288
jikalau teman-teman atau saudara-saudari beranggap ini penipuan.silahkan anda datang langsung ke rumah kami ; Pondok Pekayon Indah,Jl.Nuri Raya Blok A11 no.10 rt08/rw002 Pekayon Jaya Bekasi Selatan 17148
Kami sebagai orang tua, hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi teman-teman. Semoga kebaikan teman-teman saudara-saudari dibalas oleh oleh Allah SWT dengan berkat yang melimpah.
Dari : Thea nirta Kumala
08128844 1288
jikalau teman-teman atau saudara-saudari beranggap ini penipuan.silahkan anda datang langsung ke rumah kami ; Pondok Pekayon Indah,Jl.Nuri Raya Blok A11 no.10 rt08/rw002 Pekayon Jaya Bekasi Selatan 17148
Kami sebagai orang tua, hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi teman-teman. Semoga kebaikan teman-teman saudara-saudari dibalas oleh oleh Allah SWT dengan berkat yang melimpah.
Dari : Thea nirta Kumala
08128844 1288
Salam,
Thea.